CAPAI VISI KITA MENJADI GURU YANG MEMERDEKAKAN
Visi merupakan tujuan
akhir sekolah yang dicapai dalam jangka panjang. Sedangkan misi merupakan
tujuan jangka menengah yang selanjutnya biasa dirinci dalam tujuan sekolah yang
harus dicapai setiap tahun operasional sekolah. Beberapa penelitian tentang
esensi visi dan misi pada organisasi atau lembaga pendidikan telah dilakukan,
antara lain sebagai berikut. Bahwa visi yang lebih kuat terkait dengan kinerja
organisasi yang lebih kuat (Kantabutra dan Avery, 2010:39).
bahwa visi dan misi
merupakan pedoman yangmendasari seluruh program atau bagian di sekolah/lembaga/
organisasi. Esensi visi dan misi diharapkan juga dapat tergambar pada aktivitas
setiap individu di sekolah, lembaga,dan organisasi karena perbaikan atau
pengembangan yang dilakukan berpusat padanya
Pada kenyataannya,
banyak sekolah hanya menjadikan visi sekolah sekadar “ada”, tetapi tidak
menjadi pedoman yang bermakna bagi penyelenggaraan pendidikan.
Hal
selanjutnya yang terjadi, sekolah hanya sekadar melaksanakan rutinitas tanpa
tahu makna dari pelaksanaannya, karena masih banyak ditemui, hasil pendidikan
yang ada semua serba “instan”, peserta didik hanya belajar sekedar untuk
mendapatkan nilai, pendidik mengajar hanya sebatas materi yang perlu diajarkan saja
tanpa memaknainya. Apakah kita sebagai seorang Guru akan bediam diri saja
dengan melihat rutinitas seperti ini ? Apalagi bagi seorang Guru Penggerak yang
mempunyai cita-cita murni sejalan dengan filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara
(KHD) dimana sebuah visi adalah merupakan impian yang harus di wujudkan. Bukan
hanya sekedar mimpi terus menerus tetapi tidak pernah berusaha untuk
mewujudkannya. Pendekatan yang dilakukan dalam mewujudkan visi ini aalah dengan
pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA). IA dikenal sebagai pendekatan manajemen
perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. Konsep IA ini pertama kali
dikembangkan oleh David Cooperrider (Noble & McGrath, 2016).
Dalam sebuah video di Youtube,
Cooperrider menyatakan bahwa pendekatan IA dapat membantu membebaskan potensi
inovatif dan kreativitas, serta menyatukan orang dengan cara yang tidak
dapat dilakukan oleh proses manajemen perubahan yang biasa.
IA menggunakan prinsip-prinsip
utama psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan IA percaya bahwa
setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada
keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi. Dengan
demikian, dalam implementasinya, IA dimulai dengan menggali hal-hal positif,
keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi,
sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan
perubahan.
Menurut Cooperrider, saat ini
kita hidup pada zaman yang membutuhkan mata yang dapat melihat dan mengungkap
hal yang benar dan baik. Mata yang mampu membukakan kemungkinan perbaikan
dan memberikan penghargaan. Bila organisasi lebih banyak membangun
sisi positif yang dimilikinya, maka kekuatan sumber daya manusia dalam
organisasi tersebut dipastikan akan meningkat dan kemudian organisasi akan
berkembang secara berkelanjutan.
Menjadikan sekolah sebagai
rumah yang aman, nyaman dan bermakna bagi murid sepertinya sudah menjadi hal
yang umum diinginkan semua pihak. Namun, dalam prakteknya, kalimat tersebut
bukan kalimat yang mudah untuk diwujudkan karena diperlukan perubahan yang
mendasar dan upaya yang konsisten.
Menurut Evans (2001), untuk
memastikan bahwa perubahan terjadi secara mendasar dalam operasional sekolah,
maka para pemimpin sekolah hendaknya mulai dengan memahami dan mendorong
perubahan budaya sekolah.
Walaupun sulit, reformasi
budaya sekolah bukanlah hal yang tidak mungkin. Untuk melakukannya diperlukan
orang-orang yang bersedia melawan arus naif tentang inovasi dan terbuka
terhadap kenyataan yang bersifat manusiawi.
Perubahan yang positif dan
konstruktif di sekolah biasanya membutuhkan waktu dan bersifat gradual. Oleh
karena itu, sebagai pemimpin, guru penggerak hendaknya terus berlatih mengelola
diri sendiri sambil terus berupaya menggerakkan orang lain yang berada di bawah
pengaruhnya untuk menjalani proses bersama-sama. Hal ini perlu dilakukan dengan
niatan belajar yang tulus demi mewujudkan visi sekolah.
Mengelola suatu perubahan positif di
sekolah tentu kita membutuhkan sebuah manajemen perubahan, dimana menajemen ini
dilakukan dengan tahapan BAGJA yang menggunakan paradigma inkuiri apresiatif,
yaitu pendekatan kolaboratif dalam melakukan perubahan yang berbasis kekuatan.
Inkuiri apresiatif menggunakan prinsip psikologi positif dan prinsip pendidikan
positif.
Inkuiri apresiatif adalah sebuah
pendekatan kolaboratif untuk mengetahui kondisi suatu organisasi atau komunitas
dalam mengembangkan perilaku suatu organisasi melalui pengajuan pertanyaan yang
tersusun dalam tahapan BAGJA dan dijalankan dalam suasana yang positif dan
apresiatif. Lima tahapan utama yang dijalankan dalam akronim BAGJA tersebut adalah:
1. Buat pertanyaan utama
sebagai penentu arah penelurusan terkait perubahan yang kita inginkan, misal:
·
Bagaimana
meningkatkan pencapaian peserta didik disemua kelas?
·
Bagiamana
membiasakan penumbuhan karakter baik di lingkungan sekolah?
·
Bagaimana meningkatkan
keterlibatan murid dengan cara dan ragam yang berbeda?
2. Ambil pelajaran ini,
dilakukan setelah pertanyaan utama disepakati. Bagian ini akan menuntun
mengambil pelajaran dari pengalaman individu atau kelompok baik dalam unsur
yang berbeda maupun sama.
·
Seperti apa
orang-orang yang terlibat di dalamnya terlihat, bertindak, berpikir, dan
merasa?
·
Bagaimana
penampakan lingkungannya secara fisik?
·
Apakah
kebiasaan-kebiasaan baru yang kita bayangkan akan terjadi?
·
Sumber daya
apa yang kita bayangkan akan tersedia?
3. Gali mimpi bersama,
dalam tahapan ini komunitas sekolah akan menggali mimpi sebagai keadaan ideal
yang diinginkan dengan digambarkan secara rinci melalui sebuah narasi dan
diperlukan pertanyaan-pertanyaan pemandu dalam penyusunan narasi, misal:
·
Siapa yang
akan melakukan apa, bagaimana, dan kapan?
·
Bagaimana
mengukur kemajuan dan melanjutkan langkah?
·
Bagaimana
agar setiap orang dalam komunitas sekolah dapat secara informal melakukan
improvisasi dan kontribusi membantu terwujudnya perubahan?
4. Jabarkan rencana
untuk mencapai gambaran yang diinginkan. Tahapan ini akan mengidentifikasi
tindakan yang diperlukan dan mengambil keputusan-keputusan. Ketika
perencanaan awal kita perlu membuat pertanyaan-pertanyaan untuk membantu
penyusunan rencana agar lebih konkret, seperti:
·
Apa
langkah-langkah kecil yang diperlukan?
·
Apa langkah
besar (inovatif, terobosan, berani) untuk memperbesar terwujudnya perubahan?
5. Atur Eksekusi,
tahapan ini membantu transformasi rencana menjadi nyata. Diperlukan pertanyaan2
yang dapat membantu memutuskan peran dan kesepakatan-kesepakatan
pelaksanaan seperti:
·
Siapa yang
akan terlibat mewujudkan rencana-rencana?
·
Bagaimana
mereka mengomunikasikan dan melaporkan kemajuan? Kepada siapa?
·
Siapa yang
akan bertanggungjawab, siapa yang akan menindaklanjuti/memberikan umpan balik
suatu laporan?
·
Siapa yang
akan memonitor batas waktu?
Tahapan-tahapan BAGJA ini adalah
upaya mewujudkan suatu perubahan positif untuk kemajuan sekolah yang selaras
dengan visi sekolah. Melalui pendekatan inkuiri apresiatif yaitu,
mengidentifikasi hal baik yang telah ada di sekolah, mencari cara agar
bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, sehingga kelemahan, kekurangan dan
ketiadaan menjadi tidak relevan.
Mewujudkan
visi ini tentulah kita sangat memerlukan dukungan dari berbagai pihak.
Pihak-pihak tersebut antara lain
1. Kemendikbud : Sebagai sekolah ramah anak, Kemendikbud
berperan mendampingi penerima laporan dari kegiatan-kegiatan tersebut.
2. Diknas : Penyetuju dan pengesah dokumen 1 yang didalamnya
terdapat visi sekolah
3. LPMP
: Sebagai sekolah rujukan dan sekolah binaan, LPMP berperan mendampingi dan
membina sekolah-sekolah yang berada di tahapan tersebut.
4. Majelis
Dikdasmen ( Sekolah swasta ) : pada sekolah swasta Muhammadiyah memiliki
pengawas dan pembina yang berada di Majelis tersebut, peran nya adalah sebagai
pengawas, dan pengarah pada perumusan visi.
5. Kepsek/Waka : Mengadakan konsultasi yang berhubungan dengan kebijakan dan peraturan, mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data dan melakukan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman/tantangan secara menyeluruh.memberikan laporan rutin secara tertulis dari keseluruhan aspek kegiatan sekolah minimal 3 bulan sekali.
Visi saya sebagai seorang Guru Penggerak untuk menumbuhkan murid belajar merdeka adalah dengan mempercayai bahwa belajar adalah merupakan hal yang sangat menyenangkan bukan merupakan suatu paksaan. Semua yang terlibat didalam pembelajaran tersebut merasakan optimisme suatu ketercapaian visi. Murid disekolah sadar betul bahwa mereka merasa aman dan nyaman berada disekolah. Sehingga mereka hampir menghabiskan waktunya seperti dirumah pertama mereka.Murid disekolah ini sudah jenuh dengan materi pembelajaran yang diberikan sangat banyak, mereka merasa letih dan lelah, sehingga mereka terkadang lengah dengan tugas dan tanggung jawabnya.Sebagai seorang pendidik saya tidak ragu untuk melayani sepenuh jiwa saya ketika ada siswa yang merasa kesulitan ataupun memiliki masalah dalam kesehariannya. Saya akan memahami bahwa saya ada karena mereka ada, sehingga dengan memberikan pelayanan prima kepada siswa merupakan salah satu bentuk pengabdian saya untuk mewujudkan merdeka belajar.
MENGHAMBA KEPADA SISWA.
SALAM GURU HEBAT
MERDEKA BELAJAR
Komentar
Posting Komentar